Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB) Universitas Negeri Yogyakarta, melalui program Dosen Berkegiatan di Luar Kampus program studi Pendidikan Bahasa Inggris, berhasil menyelenggarakan Workshop Artificial Intelligence Based Literacy bagi guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di DIY. Kegiatan yang berlangsung pada 17–18 Mei 2025 secara luring di Ruang Sidang Lantai 2 WS Rendra, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya UNY, serta dilanjutkan dengan pendampingan daring pada 24 Mei 2025 melalui Zoom Meeting, dirancang untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 1, 4, 9, dan 17 dalam kerangka THE Impact Ranking.

Mendukung Pendidikan Berkualitas

Workshop luring yang berlangsung mulai pukul 08.30–14.00 WIB menghadirkan dua narasumber utama, yakni Prof. Dr. Margana, M.Hum., M.A. serta Tri Wahyuni Floriasti, S.Pd., M.Hum.. Sementara itu, sesi daring pada 24 Mei 2025 pukul 09.00–15.00 WIB difokuskan pada peer review modul ajar dan pemberian umpan balik oleh dosen pendamping. Sebanyak 21 guru SLB dibekali pengetahuan, praktik baik, hingga pendampingan dalam penyusunan modul ajar berbasis kecerdasan buatan (AI). Guru tidak hanya memahami konsep dasar AI, tetapi juga mampu mengintegrasikannya ke dalam rencana pembelajaran untuk siswa berkebutuhan khusus. Hal ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan akses pendidikan berkualitas, inklusif, dan setara bagi semua lapisan masyarakat.

Mengurangi Kesenjangan dan Memberdayakan

Penerapan AI di kelas SLB diyakini dapat membantu guru mengurangi hambatan belajar yang sering dialami siswa. Pemanfaatan aplikasi inovatif seperti Magicschool membuka peluang bagi guru untuk menyederhanakan administrasi, memperkaya metode mengajar, serta meningkatkan efisiensi. Dengan demikian, guru dan siswa lebih berdaya, sejalan dengan target pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan keterampilan dan inovasi pendidikan.

Kolaborasi dan Kemitraan Strategis

Kegiatan ini melibatkan kolaborasi erat antara dosen, mahasiswa, dan guru SLB. Narasumber memberikan kontribusi ilmiah serta praktik lapangan, sementara sesi peer review menjadi bukti kuat bahwa kemitraan lintas sektor merupakan kunci untuk mempercepat pencapaian SDGs, terutama dalam membangun pendidikan inklusif berbasis inovasi.

-Hardian Zudianto