UNY dan TEFLIN Gelar Workshop Penguatan Critical Thinking dan Deep Learning dalam ELT

Keterangan Foto: 
Workshop Pengabdian Guru Besar

Yogyakarta, 2 Agustus 2025 – Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), bekerja sama dengan TEFLIN Chapter D.I. Yogyakarta, menyelenggarakan workshop bertajuk “Critical Thinking and Deep Learning in ELT: Strategies for Empowering Students”. Kegiatan ini diikuti oleh 65 guru Bahasa Inggris dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga SMK se-DIY.

Workshop dilaksanakan dalam dua pertemuan, yakni 26 Juli dan 2 Agustus 2025 di Language Training Center FBSB UNY. Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua TEFLIN, Koordinator TEFLIN Chapter D.I. Yogyakarta, dan Ketua Tim Pengabdian. Rangkaian pembukaan juga diisi dengan menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Himne TEFLIN.

Ketua Tim Pengabdian, Prof. Ashadi, menegaskan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris di era global tidak cukup hanya menekankan aspek linguistik, tetapi juga perlu mengembangkan keterampilan berpikir kritis (critical thinking) serta pembelajaran mendalam (deep learning). Hal ini sejalan dengan arah kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dan tuntutan kompetensi abad ke-21.

Hari pertama difokuskan pada integrasi critical thinking dan deep learning dalam keterampilan listening dan speaking. Peserta diajak berlatih merancang aktivitas active listening, role-play, debate simulation, dan storytelling yang mendorong siswa berpikir kritis sekaligus berkomunikasi secara reflektif.

Hari kedua berlanjut pada keterampilan reading dan writing. Guru mempraktikkan strategi critical reading melalui analisis teks naratif, ekspositori, hingga media digital, serta melatih siswa dalam reflective writing dengan aktivitas jurnal reflektif dan esai kolaboratif. Setiap sesi dilengkapi dengan penyusunan RPP, teaching demo, serta refleksi kolektif melalui breakout rooms.

Permasalahan dan Solusi

Kegiatan ini dilatarbelakangi sejumlah permasalahan pembelajaran Bahasa Inggris di lapangan, antara lain:

  • Orientasi pembelajaran yang masih dominan berpusat pada guru.

  • Kurangnya literasi kritis siswa dalam menghadapi derasnya arus informasi digital.

  • Terbatasnya forum kolaborasi guru untuk pengembangan profesional berkelanjutan.

Melalui workshop, para guru diperkenalkan solusi berupa strategi integrasi critical thinking dan deep learning, penyusunan pembelajaran berbasis analisis-aplikasi-refleksi, serta pembentukan community of practice antarguru di DIY.

Dampak dan Tindak Lanjut

Hasil evaluasi menunjukkan workshop berhasil meningkatkan kesadaran guru terhadap pentingnya pembelajaran yang reflektif, kritis, dan kontekstual. Pola desain pembelajaran yang sebelumnya cenderung mekanis mulai bergeser menuju lebih interaktif dan berorientasi pada pengalaman siswa.

Sebagai tindak lanjut, tim pengabdian UNY bersama TEFLIN Chapter D.I. Yogyakarta akan melaksanakan program mentoring berkelanjutan, penelitian kolaboratif untuk mengukur dampak penerapan critical thinking dan deep learning, serta penguatan komunitas praktisi guru Bahasa Inggris di DIY.

“Workshop ini bukan sekadar pelatihan, tetapi menjadi langkah awal membangun ekosistem pembelajaran Bahasa Inggris yang lebih kritis, reflektif, dan berkelanjutan,” ungkap Koordinator TEFLIN Chapter D.I. Yogyakarta, Dr. Dyah Setyowati Ciptaningrum, M.Ed., Ed.D.